Terusik Rahasia Tuhan

Katanya, jodoh, usia, rezeki itu rahasia dan sudah ditentukan Allah. Saya sudah pernah cerita kalau saya nggak setuju tentang jodoh di tangan Tuhan. Lengkapnya disini. Soal rezeki, saya nggak akan membantah, karena sudah terlalu banyak bukti yang terjadi pada hidup saya sendiri. Nanti akan saya ceritakan terpisah saja, ya.

image

Gambar dari sini

Tapi yang bikin saya terusik tentang Allah SWT dan rahasianya adalah soal usia. Karena hingga tahun 2015 ini tidak ada yang bisa membuat perhitungan hidup manusia, kan? Jikalau ada prediksi hidup itu biasanya karena ada penyakit kronis, lalu dilihat dari kondisi tubuh dan akhirnya dokter membuat perkiraan. Tak jarang meleset, karena dokter hanya manusia.

Lalu kenapa terusik? Karena umur menyangkut nyawa, yang jika sudah tidak ada, ya sudah. The end. Full stop. Nggak ada cerita bisa dihidupkan kembali, bahkan kalau baca-baca dari buku agama, nantinya ketika di akhir dunia belum tentu satu keluarga saling mengenal satu sama lain dan berkumpul.

Terusik nggak? Kalau saya, iya. Deg-degan rasanya setiap mau tidur, takut kalau saya tidak bisa membuka mata lagi, takut kalau ini merupakan hari terakhir di bumi. Terusik juga memikirkan usia orang terdekat. Saya kehilangan Bapak tahun 2006. Rasanya bagaimana? Karena Bapak sudah sakit lama, jadi ada rasa lega ketika beliau meninggal karena rasa sakit dan tidak nyamannya sudah tidak dirasakan. Tapi ada rasa sedih, pincang, aneh ketika selesai dari pemakaman. Besoknya bangun tidur, sudah tidak ada wujudnya. Hingga saat ini, kadang saya masih suka merasa kalau Bapak (hanya) pergi, kadang juga memaksakan agar bermimpi tentang beliau karena rasa rindu yang membuncah. Terkadang jika sedang duduk diam, hati saya bicara sendiri “kenapa meninggal?”

Tahun 2011 saya melahirkan seorang anak. Walau katanya lebay, tapi serius, saya merasa “this is the end of me” ketika kontraksi mencapai puncak dan ketika bahu si bayi keluar setelah percobaan mengejan ketiga kalinya. Mulai saat itu, saya terusik dengan umur si anak. Doa saya tentu saja agar si anak diberi kecukupan umur dan sehat. Saya takut jika saya sedang kesal dengan tingkah lakunya, lalu saya marah, tiba-tiba besok adalah hari terakhir hidupnya di bumi, pasti saya akan menyesal seumur hidup. Inilah kenapa kadang saya suka bingung tentang menjadi orang tua. I have to be strong but firm. And believe me, for bad tempered girl like me, rasanya susah mengolah emosi agar tetap stabil.

Tapi lagi-lagi banyak cara yang dilakukan pencipta untuk mengingatkan umatnya tentang umur yang jadi rahasia besarNya.

10 April 2015, pukul 5 pagi. Saya menerima WA dari seorang teman yang ternyata baru melahirkan secara caesar di sebuah rumah sakit.  Isinya begini:

image

Seketika jantung saya berdebar cepat. Tapi akal sehat saya berkata lain, kalau saya tidak boleh mikir yang aneh-aneh, dan cepat menyusun redaksi untuk menyebarkan berita ini.

image

Alhamdulillah, banyak sekali yang bantu sebar berita ini. Bahkan teman-teman dekat saya posting berita ini juga tapi bukan dari saya lagi. Hingga akhirnya ada yang langsung cari kurir dan mengirim 200ml ASIP tengah malam ke NICU R.S Melinda tempat bayinya Olva dirawat. Dan hp saya tidak berhenti bunyi karena ada banyak sekali yang mau memberi ASIP namun tidak bisa mengantar langsung. Jadi saya janjian dengan 6 ibu yang tidak saya kenal di resto dekat rumah saya besok pagi-pagi, dan akan saya antar langsung ke R.S Melinda.

11 April 2015
Adzan subuh berkumandang. Entah kenapa, hati saya masih terusik dengan urusan umur manusia. Lalu saya membuka WA dan mendapat kiriman foto terbaru dari Olva.

image

Rasanya patah hati.

Setelah shalat subuh, saya membuka HP lagi dan menegur suami Olva untuk menanyakan kabar ASIP yang semalam dikirim. Jawabannya “makasih mbak Saz, iya ada yang kirim semalam. Tapi bayinya sudah tidak ada”

…….

Masih ada rasa kalau mungkin saya salah mengerti kalimat tersebut. Oh, mungkin maksudnya bayinya sudah tidak ada di rumah sakit tersebut dan pindah ke R.S lain. Tapi kemudian Olva kirim WA ke saya dan bilang “innalillahi wa innaillaihi rajiun. Bayinya sudah pulang ke Allah, terima kasih untuk semua doa”

Ini rupanya yang mengusik saya sejak kemarin. Rasa penasaran “berapa umur bayi Air Aksara Maulida?” Nobody knows. Tidak seorang pun tahu berapa umur seseorang kecuali sang pencipta Allah SWT. Rahasia yang ini memang akan membuat umatnya kaget, takut, bingung, dan perasaan tidak enak lainnya.

And it leads me to another question.

“Kenapa Allah SWT merahasiakan umur umatnya?”

Apakah sesimpel agar umatnya mengingat diriNya, menghargai setiap detik hidup, dan agar ada rasa takut akan sesuatu yang tidak bisa ditebak tapi pasti akan menghampiri semua makhluk hidup di dunia?