Fisioterapi Pertama Menik

I’m not proud with this post. BOO!

Iya, saya menyerah ketika pilek dan batuknya Menik tidak juga reda setelah home-treatment selama seminggu. Akhirnya tanggal 1 Juli 2012, saya berangkat ke RSIA Limijati, ketemu DSA bernama Frecillia Regina. Setelah berkeluh kesah tentang anak yang sebetulnya tidak pernah rewel tapi terlihat terganggu tidurnya karena hidung terseumbat, akhirnya dokter Frecil merujuk Menik ke klinik fisioterapi dan membekali saya dengan breathy (oral nasal drop) dan satu obat pelega hidung tersumbat (oral drop). Saya ingat betul kalimat “ini obatnya diminum jika memang perlu sekali ya bu! Kalau bisa tidak usah dikasih” keluar dari mulut dr. Frecil ketika menuliskan resep. Lega hati, rasanya. Iya, akhirnya saya ketemu dokter yang RUM di Bandung. Padahal sebelumnya sudah niat akan ‘curhat’ ke dr. Wati via email jika ketemu dokter yang asal kasih obat.

Anyway, walaupun ketemu dokter yang RUM, tapi rujukan ke klinik fisioterapi agar Menik di nebu cukup membuat saya galau. Kebayang nanti Menik bakal berontak ketika di klinik. Apakah bayangan saya jadi kenyataan? Jawabannya: IYA! Tiga kali fisioterapi, hanya hari kedua yang less drama. Hari pertama dan hari ketiga diiringi dengan isak tangis frustasi karena kesal harus diuap, dihangatkan, dan ditepuk-tepuk. Setelah selesai terapi 3 kali, ingus menghilang, nafas grok-grok berkurang drastis, dan Menik tidak lagi terganggu tidurnya karena hidung tersumbat. Alhamdulillah.

Nebu Part 1

Nebu Part 2

Udah ya Menik, jangan batpil sampe begitu lagi. Ibu sedih, ayah galau. 🙂 Sehat terus, nak!