Stepping Out From Comfort Zone…

“When was the last time you did something for the first time?”

Sejak jadi ibu, hidup saya menjadi cukup teratur. Dan monoton. Apalagi sejak Menik sekolah, seolah-olah semuanya sudah terprogram. Kalau ikutan kegiatan, pasti dalam lingkaran keibu-ibuan. Kalau urusan kerjaan, pasti dalam lingkaran geng komunikasi, bisa ngeMC, bisa juga jadi kacung strakom. Ya gitu-gitulah. Jadi kalau digambarin, saya berpusar di titik yang itu-itu saja.

Pas kemarin lihat postingan Anggi soal Food Plating Workshop, langsung tertarik buat ikutan. Karena bacanya sekilas, jadi yang terbayang adalah latihan mengatur makanan agar enak difoto. HAHAHAH! Ya, I know. Namanya juga ibu-ibu, baca sekilas, lalu impulsif ngajakin Anya buat ikutan, secara kami berdua sering banget ketawa cekikikan kalo soal foto makanan. Nggak usah ditanya, ya, usaha kami gimana. SUDAH SAMPAI DI TAHAP SAMPE NAIK KURSI, tapi hasilnya nggak kayak orang-orang yang udah baik kursi itu. Iya, menyedihkan.. x))

Ternyata pas sudah sampai di Selaras Guest House, tempat #FoodPlatingWorkshop diadakan, ini adalah pelatihan mengatur makanan from scratch! Yup, you read it right, hahahhaa.. and we’re hopeless. Pengajar di kelas ngatur isi piring adalah Dade Akbar dari @warteggourmet.  Selain itu, ada geng pecinta foto makanan dari @Alafoodie. Kelasnya berlangsung dari pukul 8.30 pagi hingga 12.00 siang. Acara ini dipandung oleh ibu Anggia Bonyta mylaff 😀

16508998_215122888957170_4217576824890699706_n

Makanan yang jadi center of attention adalah Karedok dan Nasi Timbel. Ketika Dade menjelaskan soal plating ini, saya beneran hopeless, loh. Karena saya ini adalah golongan yang less art, alias kurang artistik. Baju aja monokrom, kerudung aja polos, sepatu keds juga yang klasik. Iya, monoton, hahahhaa.. jadi pas tau kalau mengatur makanan ini merupakan hal yang artsy, sejujurnya saya mau makan pisang goreng sama ngopi aja! HAHAHAH.

16649288_215105235625602_5537071573385343157_n

Dade menceritakan awalnya bikin akun Warteg Gourmet karena nggak sengaja. Dade pengin memperlihatkan kalau makanan Indonesia juga bisa di-ala-ala, lah.. hehehhee.. tadinya cuma buat konsumsi pribadi dan privat di Path, tapi lama-lama  kumpulan fotonya dijadiin satu di akun IG, dan BOOM! Meledaklah si @warteggourmet. Belum lagi penjelasan di captionnya Dade yang nyebelin model ikan kembung diterjemahin bebas jadi bloating fish, iyah, suka-suka hati Dade aja, yaa.. hahahah, jadinya akun IG Warteg Gourmet hits, deh!

Kelas diawali dengan cerita Dade dan passionnya ngatur-ngatur tampilan makanan di piring. Lanjut dengan plating pertama yaitu: NASI TIMBEL. Dade bisaan banget, sih, nasi timbel dengan lauk ayam lado, tahu-tempe, lalap-sambel, bisa jadi cantik begini, nih:

16602616_215106805625445_7079815128135319620_n

dan Karedok bisa jadi begini:

16508728_215106555625470_4078379600707186455_n

HAHAHA, I am really out of my league!! Ngatur makanan Menik di kotak bekalnya aja gitu doang.

Beberapa kuncinya adalah pemilihan piring saji, potongan makanan, komposisi warna, dan kebersihan. Lalu, teknik ngepretin dan moles saos juga diajarin, nih. Nggak cuma saos, semua kuah dan sambal juga bisa jadi pemanis di piring. Tinggal diatur aja konsistensi kekentalannya, supaya bisa ditampilin cantik. Kata Minimalis juga jadi salah satu faktor di food plating ini ternyata. Jadi isi piringnya jangan keramean, supaya tampilannya tetap cantik. Untuk garnish, edible flowers bisa jadi kuncian. Biasanya warna-warni bunga ini yang akan jadi pengontras. Ya gitulah, pokoknya! HAHA.

screen-shot-2017-02-09-at-6-04-05-pm

Nah, abis Dade kasih lihat beberapa contoh plating, kami ditantang untuk berkreasi. Pertama, nasi timbel. Waktu mengatur nasi timbel, kami boleh melihat dan menjiplak kreasi Dade. Abis gitu dinilai dan dikasih masukan. Saya sama Anya beneran duduk aja di kursi kami masing-masing, saking nggak pengin kena penilaian… HAHAHHA..

giphyvia GIPHY

Anya pakai ikutan aksi tabur bunga segala ala Dade, mayan gaya, ya! Hasil platingnya yaaa.. gitu aja! ~(*_*)~

*beneran, saya nggak pede sama hasil plating saya, nih! :p*

Setelah mencoba mengatur nasi timbel jadi nasi ala-ala cantik, sekarang kami ditantang untuk mengatur karedok di atas piring Kandura. Iya, piring keramik yang cantik dan pastinya bikin tampilan makanan lebih greng, gitu, haha. Karena saya dan Anya di paling belakang, jadinya dapet sisa doang. Bumbu kacang juga udah abis, he-euh, hahhaha seadanya ajalah. Padahal ini jadi kompetisi gitu katanya, kalo menang ada hadiah piring!!

Saya nyobain pake round mold yang sudah disediakan, harapannya si karedok akan berdiri manis. Nyatanya pas diangkat ‘BYARRRR’ hahaha meleber aja. Ya udah, deh, sok dihias pake tahu dan tempe goreng plus kasih bumbu kacang sisa di pinggirannya. Biar kontras, dikasih warna kuning dan merah pakai bunga dari @sweetlovage.id 😀 Pas dibawa ke meja penilaian, Dade bilang udah oke, sih, TAPIIII si karedok ini kayaknya akan berdiri dengan baik kalau pinggirnya dikasih pegangan, seperti TIMUN TIPIS misalnya. YA APA, YAA! Mana kepikiraannn! x)) ahahahahaha dan setelah direvisi sama Pak Dade, jadinya begini, nih:

16640835_215118212290971_2067784847762405061_n

Canggih, ya! Fotonya bagus bener, makasih Sigit! HAHAHA… iyaaa, bukan saya yang motret, ini mah Sigit Hartanto itu tuh, yang motretin, hehehhee.. Karedok Fusion ceritanya :p

We had so much from Food Plating Workshop. Senang nambah ilmu dan teman baru..

16681700_215119015624224_1562320384830693603_n

So what’s the relation between this post’s title and food plating workshop? It’s all about new knowledge. It’s about expanding the vision. It’s about opening wide our mind. 

Saya sih, jujur saja, selama lima tahun ini selalu berada dalam lingkaran yang sama. Yang diomongin setiap hari nggak jauh dari masalah rumah tangga terutama perkembangan anak, dan pergaulan ibu-ibu. Saya belum pernah tahu bagaimana peliknya hidup seorang food plater (is this the right term?). Bagaimana harus mengombinasikan ini dan itu, bagaimana harus membuat makanan terlihat cantik, bagaimana membuat orang ingin memandangi makanan dan sibuk menilai presentasinya, yang mana mustahil terjadi di dunia ibu-ibu. Soalnya saya adalah tipe ibu yang tidak terlalu peduli dengan tampilan makanan yang saya sajikan. Pokoknya saya masak, ya udah, yuk di makan. Nggak mungkin saya hias-hias, hahahhaa.. Nggak pernah kepikiran bahwa di luar sana ada orang yang kerjaannya adalah membuat presentasi makanan yang disajikan menjadi luar biasa.

Habis dari workshop ini juga bukan berarti saya mau menghias  piring saji, ya. Bukan berarti juga saya mau mulai usaha yang membutuhkan skill food plating. Tapi sekarang ada satu pengetahuan baru yang saya dapatkan.

It’s about stepping out from your own zone for a while. And it feels good. 

🙂

So, thank you Selaras for your inspiring class. Always in love.

3 thoughts on “Stepping Out From Comfort Zone…

Leave a comment